YUP HAI GUYS:* KEMBALI LAGI DI BLOG SAYA YEU<3<3 KALI INI SAYA AKAN MEMBERIKAN PENGETAHUAN SEPUTAR SEJARAH MUSIK JEPANG YEUUU, SIAPA SIH YANG GASUKA SAMA MUSIK MUSIK JEPANG?! HAHAHAHA PENASARAN LIAT AJA, YUK CEKIDOTT!!
- Sejarah Musik Tradisional Jepang
ම Sejarah Musiĸ Tradisional
Sejarah Musik Jepang mencakup beragam seniman dalam gaya yang berbeda baik
tradisional dan modern. Kata untuk musik di Jepang adalah 音 楽 (ongaku), menggabungkan kanji 音 ("on" suara) dengan 楽 kanji (kenyamanan "Gaku"
menyenangkan,). Dalam sejarah, Jepang adalah pasar musik
terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, dan sebagian besar pasar
didominasi oleh seniman Jepang.
musik lokal sering muncul di tempat-tempat karaoke, yang disewa dari label rekaman. Musik Jepang tradisional tidak memiliki beat/ kecepatan nada khusus, dan sifatnya tenang. Musiknya berimprovisasi pada beberapa waktu. Pada tahun 1873, seorang pengelana Inggris mengklaim bahwa musik Jepang, "Menggusarkan hingga jauh ke seluruh ketabahan jiwa orang-orangEropa."
musik lokal sering muncul di tempat-tempat karaoke, yang disewa dari label rekaman. Musik Jepang tradisional tidak memiliki beat/ kecepatan nada khusus, dan sifatnya tenang. Musiknya berimprovisasi pada beberapa waktu. Pada tahun 1873, seorang pengelana Inggris mengklaim bahwa musik Jepang, "Menggusarkan hingga jauh ke seluruh ketabahan jiwa orang-orangEropa."
Perkembangan
Musik Jepang
Disc Jockey (DJ) dan produser musik hip-hop sangat tertarik pada perangkat
audio Jepang produksi akhir 1970-an dan awal 1980-an. Technics 1200 merupakan
pilihan terbaik DJ, dan Roland TR-808 Rhythm Composer memiliki karakter bas yang
kuat. Pokoknya, menyimbolkan dance elektrik serta musik hip-hop.
Dalam 20 tahun terakhir, jumlah piringan hitam yang terjual mencapai 10 kali lipat, dengan harga berlipat ganda. Intinya, phonograph sudah dianggap sebagai instrumen musik, bukan sekadar alat perekam. Perangkat DJ juga buatan Jepang, baik Technics maupun Vestax.
Dalam 20 tahun terakhir, jumlah piringan hitam yang terjual mencapai 10 kali lipat, dengan harga berlipat ganda. Intinya, phonograph sudah dianggap sebagai instrumen musik, bukan sekadar alat perekam. Perangkat DJ juga buatan Jepang, baik Technics maupun Vestax.
Tokoh-Tokoh
musik Jepang :
Beberapa tokoh yang mengangkat musik jepang lewat karya-karyanya
diantaranya Sadao Watanabe untuk jazz, Shirakawa Gunpachiro, Takahashi
Chikuzan,Toru Takemitsu komposer dan konduktor Seiji Ozawa. Jepang juga
diidentifikasi sebagai salah satu pasar yang paling penting untuk jenis musik.
Alat musik tradisional Jepang : SHAMISEN,KOTO & SHAKUHACHI
Alat musik tradisional Jepang : SHAMISEN,KOTO & SHAKUHACHI
Tentang sejarah KOTO
KOTO adalah alat musik yang menyerupai kecapi di Indonesia, disebutkan
masuk ke Jepang sejak abad ke-7. Di masa itu, KOTO dimainkan sebagai salah satu
bagian musik Istana. Formasi KOTO yang dimainkan sebagai alat musik tunggal,
tanpa iringan alat musik lain, menjadi populer di masyarakat sejak abad 17.
Pada abad 17 lahir maestro KOTO dan pencipta “HACHIDAN”(delapan babak)”dan
“MIDARE” (lagu berirama lepas) YATSUHASHI KENGYO. Ia menciptakan pakem dasar
untuk SOKYOKU (lagu-lagu KOTO).
Pada dasarnya musik tradisional Jepang memiliki 5 tangga nada, kurang 2
tangga nada dibandingkan dengan musik barat yang mempunyai 7 tangga nada “do re
mi fa so la si”. Namun, musik Jepang tradisional juga menyerap beragam tangga
nada lainnya sehingga menghasilkan irama yang sangat berbelit. Dasar-dasar musik
istana atau musik aristokrat diciptakan dengan menggunakan nada “do re mi so
la” atau “re mi so la si”. Cara ini disebut “YO-ONKAI” yang memiliki nada yang
relatif riang. Sedangkan YATSUHASHI KENGYO membuat “HIRAJOSHI” atau nada datar
yang di dalam tangga nadanya menggunakan “mi fa la si do” yang di antaranya ada
semitone sebagai nada dasar. Nada ini disebut “IN-ONKAI” yang lebih sendu dan
menggugah emosi sehingga masyarakat Jepang di jaman itu kerap terharu
mendengarkan nada ini. Setelah YATSUHASHI KENGYO memperkenalkan “HIRAJOSHI”,
SOKYOKU sangat berkembang dan dicintai sehingga diakui sebagai musik rakyat
Jepang.
YATSUHASHI KENGYO bisa disebut sebagai pencipta SOKYOKU dan meninggal dunia
pada tahun 1685. Jika kita menengok ke negara barat, Bach, yang dikenal sebagai
pencipta musik barat lahir pada tahun saat YATSUHASHI KENGYO meninggal.
Seputar alat musik KOTO
Bagian badan terbuat dari “KIRI” atau kayu paulownia yang dilubangi bagian
dalamnya. KOTO memiliki 13 dawai. Karena KOTO menggunakan 5 tangga nada maka
dengan 13 dawai biasanya KOTO dapat menghasilkan sekitar 2.5 oktaf. Antara
bagian badan dan dawai ada “JI” sebagai penyangga dawai. Jika “JI’ digeser maka
hasil suara pun berubah. Mengatur nada (tuning), yang merupakan persiapan dasar
untuk permainan Koto, juga dilakukan dengan menggeser posisi “JI”. Selain
“HIRAJOSHI”, ada berbagai aturan nada(tuning) yang dikembangkan dari
“HIRAJOSHI”.
Dengan menggunakan tangan kiri yang menekan dan menarik dawai, tangga nada
dapat berubah atau pun menghasilkan suara bernuansa vibrato. Pada awalnya dawai
dibuat dari sutera, tetapi zaman sekarang dawai juga menggunakan bahan lain
seperti bahan sintetis. Pemain dapat menggunakan “TSUME” atau kuku palsu untuk
3 jari di tangan kanan. Pada dasarnya KOTO dimainkan dengan menggunakan “TSUME”
yang terkadang digunakan pada jari lain atau pun pada jari-jari di tangan kiri.
Di dalam lagu SOKYOKU terkadang ada juga suara nyanyian.
KOTO memang dimainkan bukan untuk mengiringi nyanyian, tetapi suara
nyanyian juga dianggap sebagai salah satu jenis alat musik. Dalam artian, alat
musik dan suara sama-sama dianggap berperan penting untuk menghasilkan musik.
Di Jepang, sejak zaman dahulu hingga saat ini KOTO sering diibaratkan sebagai
“RYU” atau “Naga” sehingga bagian-bagian alat musik ini juga dinamai “RYUKAKU”
(tanduk Naga), “RYUKOU” (mulut Naga), “RYUBI” (ekor Naga), dll. Di berbagai
negara di Asia, naga dihormati seperti dewa dan dianggap sebagai mahluk mitos
spiritual tinggi. Dengan demikian bisa dibayangkan bila KOTO juga sangat dicintai
oleh masyarakat Jepang.
Seputar alat musik SHAMISEN
Orang Jepang kerap tergetar ketika melihat bentuk SHAMISEN yang sangat
indah, bahkan ada yang berkata bahwa bentuk ini terinspirasi dari bentuk tubuh
wanita. SHAMISEN mempunyai 3 dawai dengan ketebalan berbeda. Dawai yang paling
tebal menghasilkan suara yang paling rendah dan dawai yang paling tipis
menghasilkan suara yang paling tinggi.
Di antara bagian badan dan dawai ada “KOMA” untuk menghasilkan suara
SHAMISEN. Waktu memainkan SHAMISEN kita harus memegang BACHI-pemetik
dawai-dengan tangan kanan, dan menyapu dawai dari arah atas ke bawah atau dari
arah bawah ke atas dengan ujung BACHI sehingga mengeluarkan suara. SAO yang
panjang ini adalah bagian penampang kayu (fingerboard/neck) yang dipegang oleh
tangan kiri. Pada bagian SAO tidak ada tanda untuk menunjukkan posisi tempat
pegangan, tidak seperti gitar yang mempunyai fret. Pemain dapat menghasilkan
suara SHAMISEN yang tepat dengan mengandalkan intuisi serta pendengaran yang
dihasilkan dari pengalamannya. Bagian yang dipegang untuk menghasilkan suatu
nada di dalam SAO ini disebut “TSUBO” atau “KANDOKORO”. Dengan tangan kiri
pemain bukan hanya menekan dawai, tetapi juga menjepit dan meluncurkan jari
serta menggoyangnya untuk merubah nada. Cara lain adalah dengan mengetuk dan
memetiknya.
SHAMISEN terbuat dari “KOBOKU” atau ”Red Sanders” sejenis kayu yang sangat
keras berasal dari India Selatan untuk menahan kuku pemain yang mencengkeram
kuat. Dawai terbuat dari sutra dan “DO” (bagian badan) dibuat dari kulit
binatang. Memang hampir semua alat musik tradisional Jepang seperti SHAMISEN
dibuat dari bahan-bahan alami. SHAMISEN yang dimainkan menggunakan BACHI
(pemetik dawai) berasal dari “SANSHIN”, alat musik tradisional daerah OKINAWA
(daerah paling selatan di Jepang) yang menggunakan kulit ular. Pada abad 16
SANSHIN sudah populer di OKINAWA dan bentuk ini berkembang menjadi SHAMISEN
khas Jepang yang dikenal saat ini. SHAMISEN tidak seperti KOTO yang berawal
sebagai alat musik istana,yang dimainkan oleh kalangan elit. Dari awal SHAMISEN
berkembang sebagai alat musik di antara kalangan rakyat biasa.
Musik SHAMISEN memiliki berbagai genre dan ada beberapa jenis alat SHAMISEN
yang ukuran dan ketebalannya berbeda. Genre musik SHAMISEN yang akan dimainkan
hari ini termasuk dalam kategori “JIUTA”. Ada jenis musik SHAMISEN yang
berkembang sebagai pengiring atau suara efek di teater, tetapi “JIUTA” ini
berkembang sebagai musik murni yang dimainkan bersama KOTO atau SHAKUHACHI,
alat musik tiup tradisional Jepang. “SANKYOKU” adalah salah satu bentuk musik
“ansambel” yang dimainkan menggunakan tiga alat musik tradisional Jepang yaitu
SHAMISEN, KOTO dan SHAKUHACHI. Diperlukan waktu cukup lama sampai terlahir
ansambel tiga alat musik ini karena masing-masing sudah dikenal masyarakat
sebagai alat musik tunggal. Namun demikian, bergabungnya tiga alat musik ini,
justru menghasilkan kualitas musik yang lebih kaya dan meluas.
Seputar alat musik SHAKUHACHI
Model SHAKUHACHI (seruling Jepang) yang dikenal masyarakat saat ini disebut
“FUKESHAKUHACHI”, berasal dari zaman pertengahan era KAMAKURA. Pada zaman
tersebut seorang biksu ZEN bernama Kakushin, belajar di negeri Cina dan
mempelajari lagu SHAKUHACHI untuk menyampaikan ajaran FUKE, guru agama Budha
aliran ZEN. Kakushin mempelajarinya dari seorang guru Cina, CHOSHIN, dan
membawa pulang lagu dan alat musiknya ke Jepang. Sejak itu SHAKUHACHI digunakan
sebagai alat penyebaran agama oleh biksu-biksu aliran HOTTOHA RINZAISHU, salah
satu bagian dari aliran ZEN. Dari sejarah ini juga bisa diketahui bahwa semua
lagu klasik SHAKUHACHI yang disebut “SHAKUHACHI KOTEN HONKYOKU (lagu klasik
khusus SHAKUHACHI)” memuat ajaran agama Budha Zen. Ukuran panjang
FUKE-CHAKUHACHI adalah kurang-lebih 54cm atau dalam satuan ukuran tradisional
Jepang,1 SHAKU 8 SUN. Namun akhir-akhir ini ukuran panjang SHAKUHACHI
bervariasi dan nada dasar ditentukan berdasarkan ukuran panjang tersebut.
SHAKUHACHI dibuat dari bambu, di bagian dekat akar, dengan diameter
3.5cm-4,0cm. Ada 5 lubang, 4 di bagian depan dan 1 di bagian belakang. Sisi
dalam SHAKUHACHI digosok sampai halus, bahkan belakangan ini bagian dalamnya
diolesi SHU-URUSHI (bahan pewarna alam berwarna merah) atau KURO-URUSHI (bahan
pewarna alam yang berwarna hitam), agar menghasilkan suara yang halus dan indah.
Dulu, bagian mulut SHAKUHACHI dipotong menyerong, tetapi sekarang pada bagian
mulut dipasangi tanduk rusa atau kerbau supaya lebih kokoh. SHAKUHACHI
merupakan seruling yang dapat menghasilkan warna suara yang bervariasi dan nada
suara yang paling sensitif di antara seruling tradisional Jepang, baik seruling
tiup samping (horizontal) maupun seruling tiup depan (vertikal). Oleh karena
ciri khas itu SHAKUHACHI mempunyai posisi tersendiri di dalam alat musik
tradisional Jepang.
Image:
§
sistem
nada jepang
Sistem nada yang dianut
Jepang adalah tangga nada pentatonik. Susunan nada-nada yang dipergunakan
adalah: D-F-G-A-B
Musik Tradisional dan music FOLK/ rakyat
ల Musik Tradisional
Bentuk tertua dari musik Jepang tradisional shōmyō (声明 atau Anda bisa menggunakan 声明), nyanyian Buddha, dan gagaku (雅 楽), pengadilan musik orkestra, yang keduanya merupakan tanggal dengan periode Nara dan Heian.
Gagaku adalah jenis musik klasik yang telah dimainkan pada pengadilan Imperial sejak Periode Heian. Kagurauta (神 楽 歌), Azumaasobi (东 游) dan Yamatouta (大 和 歌) adalah perkumpulan adat asli jepang. Tōgaku (唐 楽) dan komagaku berasal dari dinasti Tang Cina melalui Semenanjung Korea. Selain itu, gagaku dibagi menjadi kangen (管弦) (musik instrumental) dan bugaku (舞 楽) (tari disertai dengan gagaku).
Berasal pada awal abad ke-13 adalah honkyoku (本 曲 "potongan asli"). Merupakan (solo) shakuhachi (尺八) dimainkan oleh mazhab pimpinan pengemis Fuke dari Buddhisme Zen. PImpinan ini, yang disebut komusō ("biksu kekosongan"), bermain honkyoku untuk sedekah dan pencerahan. Sekte Fuke tidak lagi ada di abad ke-19, tapi keturunan lisan dan tertulis dari banyak honkyoku masih ada, meskipun musik ini sekarang sering dipraktekkan dalam pengaturan konser atau setting performace.
samurai sering mendengarkan dan mempertunjukkan kegiatan dalam music ini, dalam praktik mereka memperkaya hidup dan pemahaman mereka.
Musik teater juga dikembangkan di Jepang sejak usia dini. Noh (能) atau tidak muncul dari berbagai tradisi lebih populer dan pada abad ke-14 telah berkembang menjadi seni yang sangat halus. Musik Ini menuju puncaknya setelah dibawa oleh Kan'ami (1333-1384) dan Zeami (1363? -1443). Dalam Zeami khusus disediakan inti dari adat Noh dan risalah banyak menuliskan tentang rahasia tradisi.
Bentuk tertua dari musik Jepang tradisional shōmyō (声明 atau Anda bisa menggunakan 声明), nyanyian Buddha, dan gagaku (雅 楽), pengadilan musik orkestra, yang keduanya merupakan tanggal dengan periode Nara dan Heian.
Gagaku adalah jenis musik klasik yang telah dimainkan pada pengadilan Imperial sejak Periode Heian. Kagurauta (神 楽 歌), Azumaasobi (东 游) dan Yamatouta (大 和 歌) adalah perkumpulan adat asli jepang. Tōgaku (唐 楽) dan komagaku berasal dari dinasti Tang Cina melalui Semenanjung Korea. Selain itu, gagaku dibagi menjadi kangen (管弦) (musik instrumental) dan bugaku (舞 楽) (tari disertai dengan gagaku).
Berasal pada awal abad ke-13 adalah honkyoku (本 曲 "potongan asli"). Merupakan (solo) shakuhachi (尺八) dimainkan oleh mazhab pimpinan pengemis Fuke dari Buddhisme Zen. PImpinan ini, yang disebut komusō ("biksu kekosongan"), bermain honkyoku untuk sedekah dan pencerahan. Sekte Fuke tidak lagi ada di abad ke-19, tapi keturunan lisan dan tertulis dari banyak honkyoku masih ada, meskipun musik ini sekarang sering dipraktekkan dalam pengaturan konser atau setting performace.
samurai sering mendengarkan dan mempertunjukkan kegiatan dalam music ini, dalam praktik mereka memperkaya hidup dan pemahaman mereka.
Musik teater juga dikembangkan di Jepang sejak usia dini. Noh (能) atau tidak muncul dari berbagai tradisi lebih populer dan pada abad ke-14 telah berkembang menjadi seni yang sangat halus. Musik Ini menuju puncaknya setelah dibawa oleh Kan'ami (1333-1384) dan Zeami (1363? -1443). Dalam Zeami khusus disediakan inti dari adat Noh dan risalah banyak menuliskan tentang rahasia tradisi.
Bentuk lain dari teater Jepang adalah teater boneka,
sering dikenal sebagai bunraku (文 楽). Teater wayang
tradisional ini juga memiliki akar dalam tradisi populer dan berkembang
khususnya selama Chonin pada periode Edo (1600-1868. Hal ini biasanya disertai
dengan zikir (berbagai gaya jōruri) (净 瑠 璃) disertai dengan shamisen (三味 线) musik.
Selama periode Edo aktor (setelah 1652, khususnya laki-laki dewasa) melakukan kabuki yang ramai dan teater populer (歌舞 伎). Kabuki dapat menampilkan apapun dari cerita sejarah yang dibawa dalam tarian, sering disertai dengan nagauta (长 呗) gaya bernyanyi dan kinerja shamisen.
Selama periode Edo aktor (setelah 1652, khususnya laki-laki dewasa) melakukan kabuki yang ramai dan teater populer (歌舞 伎). Kabuki dapat menampilkan apapun dari cerita sejarah yang dibawa dalam tarian, sering disertai dengan nagauta (长 呗) gaya bernyanyi dan kinerja shamisen.
Musik daerah / Folk music
ම Hoshi Biwa, Biwa Heike, Moso, dan Goze
Biwa Heike
|
suatu bentuk kecapi berleher pendek, dimainkan oleh
sekelompok penyanyi keliling (Hoshi Biwa) (琵琶 法师)
yang digunakan untuk mengiringi cerita. Yang paling terkenal dari cerita
ini adalah The Tale dari Heike, sejarah abad ke-12 kemenangan klan Minamoto atas Taira. Biwa
Hoshi mulai mengorganisir diri mereka ke dalam sebuah asosiasi serikat-seperti
(TODO), bagi laki-laki tunanetra pada awal abad ketiga belas. Asosiasi ini
ahirnya dikendalikan oleh sebagian besar dari budaya musik Jepang.
Selain itu, pada kelompok-kelompok kecil banyak musisi buta keliling yang
dibentuk khususnya di daerah Kyushu. Musisi ini dikenal sebagai (biksu 僧 盲
buta) Moso, mereka berkeliling dan melakukan berbagai ceramah agama dan hal-hal
berbau agama untuk memurnikan rumah tangga dan membawa kesehatan untuk kebaikan
dan keberuntungan. Mereka juga mempertahankan perbendaharaan genre sekuler. Para Biwa yang mereka mainkan lebih kecil daripada
Biwa Heike (平 家 琵琶)
yang dimainkan oleh Hoshi Biwa.
Lafcadio Hearn terkait dalam bukunya Kwaidan: sejarah
dan pembelajaran pemikiran asing" Mimi-nashi Hoichi" (Hoichi yang
tanpa telinga), cerita hantu Jepang tentang Hoshi Biwa buta yang menceritakan
"Kisah tentang Heike"
wanita Buta, yang dikenal sebagai Goze (瞽 女), juga tur didaerah itu sejak zaman abad pertengahan, menyanyikan lagu dan bermain musik yang mengikuti ketukan drum. Dari abad ketujuh belas mereka sering memainkan koto atau shamisen. organisasi Goze bermunculan di seluruh negeri, dan ada hingga saat ini dalam bentuk polisi Niigata.
Taiko
Taiko
|
Taiko adalah Drumnya orang Jepang yang datang
dalam berbagai ukuran dan digunakan untuk memainkan berbagai genre musik. Hal
ini telah populer dalam beberapa tahun terakhir sebagai sentral instrumen dari
ansambel perkusi yang didasarkan pada berbagai rakyat dan festival musik
di masa lalu. taiko musik tersebut dimainkan dengan oleh drum besar ansambel
disebut kumi-daiko. Asalnya tidak diketahui pasti, namun dapat terbentang jauh
kembali saat abad 7, ketika seorang tokoh drummer tanah liat menunjukkan keberadaannya.
Pengaruh cina mengikuti, namun instrumen dan musik tetap dalam keunikan jepang.
Drum Taiko selama periode ini digunakan selama pertempuran untuk mengintimidasi
musuh dan perintah untuk berkomunikasi. Taiko terus digunakan dalam musik
religius Buddhisme dan Shinto. Pemain terakhir adalah orang-orang kudus, yang
bermain hanya pada acara-acara khusus dan dalam kelompok kecil, namun pada
warga laki-laki (jarang perempuan), beberapa waktu juga memainkan taiko dalam
festival semi-keagamaan seperti tarian bon.
Modern ansambel taiko dikatakan telah diciptakan oleh Daihachi Oguchi pada tahun 1951. Seorang drummer jazz, musik latar belakang Oguchi dimasukkan ke dalam ansambel yang besar, Dimana dia juag yang mendesain. Gaya energiknya membuahkan kelompok populer di seluruh Jepang, dan membentuk wilayah Hokuriku pusat untuk musik taiko. Musisi timbul dari gelombang popularitas termasuk Sukeroku daiko dan bagian band-nya, seido Kobayashi. Pada 1969 ada sebuah kelompok yang disebut Za Ondekoza didirikan oleh Tagayasu Den; Za Ondekoza berkumpul bersama artis muda yang menginovasi versi akar kebangkitan baru dari taiko, yang digunakan sebagai cara hidup dalam gaya hidup komunal. Selama tahun 1970-an, pemerintah Jepang mengalokasikan dana untuk melestarikan budaya Jepang, dan banyak kelompok masyarakat taiko terbentuk. Kemudian pada abad ini, kelompok taiko tersebar di seluruh dunia, terutama ke Amerika Serikat. Video game Taiko Drum Master juga karena kebudayaan taiko. Salah satu contoh dari sebuah band Taiko modern Gocoo.
Min'yo music rakyat
Geisha membawakan Min'yo
|
Lagu-lagu rakyat Jepang (min'yo) dapat dikelompokkan
dan diklasifikasikan dalam banyak cara namun sering sangat dekat dengan empat
kategori pemikiran utama yaitu : lagu pekerjaan, lagu-lagu keagamaan (seperti
sato Kagura, sebuah bentuk musik Shintoist), lagu yang digunakan untuk
pertemuan seperti pernikahan, pemakaman, dan festival (Matsuri, terutama Obon),
dan lagu anak-anak (warabe Uta).
Dalam min'yo, penyanyi biasanya disertai dengan kecapi
tiga senar (dikenal dengan shamisen), taiko drum, dan seruling bambu yang
disebut shakuhachi. Instrumen lainnya yang dapat menyertai adalah seruling
melintang dikenal sebagai shinobue, sebuah lonceng yang dikenal sebagai kane,
tangan drum yang disebut tsuzumi, serta 13-senar sitar yang dikenal sebagai
koto. Di Okinawa, instrumen utama adalah sanshin. Ini
adalah instrumen tradisional Jepang, tapi instrumentasi modern seperti gitar
listrik dan synthesizer juga digunakan dalam zaman ini, ketika penyanyi enka
membawakan lagu-lagu tradisional min'yo (Enka menjadi semua genre musik
Jepang).
Kata yang sering terdengar ketika berbicara tentang min'yo adalah ondo,
Bushi, bon uta, dan Komori uta. ondo Sebuah gambaran umum setiap lagu rakyat
dengan ayunan khas yang dapat didengar sebagai 2 / 4 irama (meskipun biasanya
tidak mengelompokkan ketukan). Lagu rakyat khas terdengar pada tarian festival
Obon kemungkinan besar akan seperti sebuah ondo. Fushi adalah lagu dengan
melodi khas. Sangat terkenal, sebutannya "Bushi" , yang berarti
"ritme" atau "melodi". Kata ini jarang dipakai, tetapi
biasanya diawali oleh sebuah istilah yang mengacu pada pekerjaan, lokasi, nama
pribadi atau sejenisnya. Bon uta, sesuai deskripsi namanya, adalah lagu untuk
Obon, festival lentera orang mati. Komori Uta adalah lagu pengantar tidur
anak-anak. Nama-nama lagu min'yo sering memiliki istilah deskriptif, biasanya
di akhir. Sebagai contoh: Tokyo Ondo, Kushimoto Bushi, Hokkai Bon Uta, dan
Itsuki no Komoriuta.
Banyak dari lagu-lagu termasuk penekanan tambahan pada suku kata tertentu
serta teriakan bernada (kakegoe). Kakegoe umumnya teriakan menghibur tetapi
dalam min'yo, mereka sering dimasukkan sebagai bagian dari chorus. Ada banyak
kakegoe, meskipun mereka bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Di
Okinawa min'yo, misalnya, seseorang akan akrab mendengar "ha sasa iya!"
Di Jepang darata berbeda, orang akan lebih sering mendengar "a
yoisho!," "sate!," atau "a sore!", yang lainnya lagi
"a donto koi!," dan "dokoisho
Baru-baru ini sebuah sistem berbasis serikat yang dikenal sebagai sistem
iemoto telah diterapkan pada beberapa bentuk min'yo. Sistem ini awalnya
dikembangkan untuk transmisi genre klasik seperti nagauta, shakuhachi, atau
musik Koto, tetapi karena terbukti menguntungkan guru dan didukung oleh
mahasiswa yang ingin mendapatkan sertifikat kemahiran serta nama artis terus
yang menyebar ke genre seperti min ' Yo, ahirnya Tsugaru-jamisen dan
bentuk-bentuk musik yang tradisional ditransmisikan menjadi lebih informal.
Hari ini beberapa min'yo disampaikan dalam organisasi keluarga-pseudo dan
magang dalam waktu lama pada umumnya.
Musik Ryukyuan adalah Musik rakyat Okinawan
Tari Ryukyuan
|
Umui, lagu-lagu religius, Shima Uta, lagu tari, dan, terutama kachāshī,
musik perayaan hidup, semua populer dalam Sejarah Musik Tradisional
Jepang .
Musik rakyat Okinawan bervariasi dari musik rakyat daratan Jepang dalam
beberapa cara.
Awalnya, musik rakyat Okinawan sering disertai oleh sanshin sedangkan di
daratan Jepang, shamisen menyertai sebagai gantinya. Instrumen lainnya termasuk
Okinawa sanba (yang menghasilkan suara klik yang mirip dengan alat musik),
taiko dan Yubi-bue (指 笛?).
Kedua, nada suara. Skala pentatonik, yang bertepatan dengan skala
pentatonik utama disiplin ilmu musik Barat, sering terdengar di min'yo dari
pulau-pulau utama Jepang, lihat skala minyō. Dalam skala nada pentatonis
subdominant dan nada penting (derajat skala 4 dan 7 dari skala besar Barat)
dihilangkan, sehingga skala musik dengan tidak ada langkah ½ antar nada
masing-masing. (Do, Re, Mi, Jadi, La di solfeggio, atau derajat skala 1, 2, 3,
5, dan 6) Okinawan min'yo, ternyata ditandai dengan skala yang mencakup
setengah-langkah dihilangkan dalam skala pentatonik tersebut , jika dianalisis
dalam disiplin music barat. Bahkan, skala yang paling umum digunakan di Okinawa
min'yo termasuk derajat skala 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.
Musik Tradisional Negara Jepang
Gagaku:
Musik tradisional Jepang yg paling tua.
Biwagaku:
Musik yg dimainkan dengan Biwa (sejenis gitar 4
string)
Nogaku:Musik yg dimainkan pada saat pertunjukan No (sejenis
drama musikal).
Sokyoku: Musik yg dimainkan dgn Koto. Kadang ditambah dgn
Shamisen
danShakuhachiShakuhachi: Musik yg dimainkan dgn
Shakuhachi (sejenis seruling)
Shamisenongaku:Musik yg dimainan dgn Shamisen (sejenis gitar dgn 3
string).Dimainkan saat pertunjukan Kabuki (drama tarian) atau
Bunraku
(teater boneka).
Minyo: Musik folk termasuk musik kerja, religius, perayaan,
atau lagu anak-anak.Alat
™Musik™: biwa , fue ,hichiriki , hocchiku , hyoshigi , kane , kakko , kokyū
, koto,niko, okawa, ryūteki, sanshin, shakuhachi, shamisen , shime-Daiko,
shinobue, shō,suikinkutsu, taiko, tsuzumi.
Tangga nada (scale) yg biasa digunakan adalah yo scale dan minyō
scaleyo scale tidak mengandung semitone, menurut teori tradisional adalah skala
pentatonik yang banyak digunakan dalam musik Jepang, termasuk gagaku dan
nyanyian Buddha. Yoskala digunakan khusus di lagu-lagu rakyat dan lagu-lagu
populer awal dan kontrasdengan skala yang tidak mengandung semitone. Hal ini
didefinisikan oleh interval naik dua, tiga, dua, dua dan tiga semitone.
Ini adalah modus keempat dari skala pentatonik besar. Contoh yo
skala, disajikan dalam nama pitch barat, adalah: D - E - G - A - B.
Ini ada gambarnya BangBozzz.....
1.
Liriknya terdiri dari berbagai tema yg berbagi macam, percintaan, kehidupan
Sehari-Hari bahkan filosofi
2. Irama
Musiknya YG berfariasi
3.
Menggunakan Banyak instrumental yg di susun rapi ada juga yg menggunakan
menyisipkan alat musik tradisional Jepang walaupun lagu tersebut ngerock
4. Banyak
menggunakan Yo Scaler atau Minyo Scale
ම Nama Alat Musik Tradisional Jepang :
Biwa (琵琶)
Fue (笛)
Hichiriki (篳篥)
Hocchiku (法竹)
Hyoshigi (拍子木)
Kane (鐘)
Kakko (鞨鼓)
Koto (琴)
Kokyū (胡弓)
Niko (二胡)
Okawa (AKA Ōtsuzumi) (大鼓)
Ryūteki (竜笛)
Sanshin (三線)
Shakuhachi (bamboo flute)
(尺八)
Shamisen (三味線)
Shime-Daiko (締太鼓)
Shinobue (篠笛)
Shō (笙)
Suikinkutsu (water
zither) (水琴窟)
Taiko (i.e. Wadaiko)(太鼓~和太鼓)
Tsuzumi (鼓) (AKA Kotsuzumi)
ల Instrumen musik Jepang
Kebanyakan genre musik Jepang sampai saat ini masih banyak yang menggunakan shamisen, atau tiga-gesekan alat musik paling sering disebut sebagai gitar Jepang. Dalam kouta, atau lagu singkat biasanya dinyanyikan oleh Geisha dan nagauta atau lagu lama seperti yang dilakukan di Jepang dan teater Kabuki noh, shamisen yang menyediakan backbone untuk instrumentasi. Sebuah evolusi dari jiuta atau bersahaja, gaya klasik shamisen musik dan dikembangkan oleh musisi buta Shirakawa Gunpachiro dan Takahashi Chikuzan adalah tsugaru-jamisen di mana terdapat lebih bebas dan improvisasi flashy fingerwork pada instrumen.
Instrumen lain yang paling sering digunakan di Jepang adalah musik Taiko, atau drum Jepang. Ketuk ini instrumen tanggal sejauh kembali sebagai 6. dan 7. Abad, dan selama masa perang itu digunakan terutama untuk menjaga musuh di teluk dan untuk menyampaikan perintah ke pejuang. Taiko yang datang dalam berbagai ukuran dan biasanya merupakan bagian integral dari ensembles khususnya musik selama festival.
Ada lainnya instrumen tradisional Jepang seperti biwa, pendek berkerah fretted lute; yang ryuteki, seruling yang terbuat dari bambu dan digunakan dalam gagaku yang merupakan gaya musik yang berhubungan dengan Jepang Imperial Court; yang kokyu, string diputar dengan instrumen sebuah busur yang memiliki bentuk, suara dan unik bohong ke Jepang tidak seperti shamisen. Yang berpola kokyu bahkan telah di non-tradisional seperti Jepang genre musik jazz dan blues.
Perkembangan pada akhir 19. Dan awal abad ke-20 membuka telinga dari orang Japanese ke genre baru seperti enka, di Jepang versi Amerika sensasionil negara ballads, pop atau kayokyoku Barat. Kayokyoku nanti berkembang ke J-pop Jepang atau pop – sebuah gaya yang lebih pasti dengan pengaruh Barat. Rock and roll dengan sweeping seluruh dunia pada tahun 1960-an dan 1970-an, J-rock atau rock Jepang yang menyerang scene musik Jepang juga.
ల Contoh lagu
Contoh lagu jepang Masa Sekarang :
Aqua Timez : Dari Cartoon Bleach
Little By Little : Dari Cartoon TalooTox
Home Made Kazoku : Dari Cartoon Naruto
Long Shot Party : Dari Cartoon Naruto
Crayon Sincan : Dari Cartoon Doraemon
ల Tokoh-Tokoh musik Jepang
Beberapa tokoh yang mengangkat musik jepang lewat karya-karyanya diantaranya Sadao Watanabe untuk jazz, Shirakawa Gunpachiro, Takahashi Chikuzan,Toru Takemitsu komposer dan konduktor Seiji Ozawa. Jepang juga diidentifikasi sebagai salah satu pasar yang paling penting untuk jenis musik.0
Baccarat - The 5 Best Ways to Play Baccarat - Wolione
BalasHapusThe 5 Best Ways to Play Baccarat. In this 바카라 사이트 article, you will find out why 카지노사이트 this casino game has become a popular among febcasino American players. Learn how to